lalu aku menjadi terlampau kemarau, saat kau kembali mencintaiku
dengan galau.
lalu aku menjadi terlampau laut, saat namamu kian luput kusebut
tubuhmu meluruh menjelma kabut.
lalu aku menjadi terlampau belantara, saat gemetar nafasmu kembara
tak lagi kenal muara.
lalu aku menjadi terlampau debu, saat kursi-kursi taman dari tubuhmu gemetar
dalam hujan, dalam partitur rindu.
lalu aku menjadi terlampau air mata, saat doa-doa kita tak lagi menunjuk peta
perjalananmu lewat ruas-ruas jalan urat darahku akankah sia-sia?
lalu aku menjadi terlampau
terlampau
lampau
Semarang, 15 November 2010
Pantai Mutun
5 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar