Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

24 Juli 2009

Sketsa Batu Sungai


Aku tahu kau akan menangis. Aku tahu kau akan menepis. Inilah jejak batu yang mengendap di sungai. Arus-arus melumat tapi kekal jejakku selalu tertanam. Ah, pasanglah matamu di tempatnya, hingga kau benar-benar terjaga. Tapi berhentilah mencurigai, karna picing-picing mata hanya mengarah serapah, karna ratap anak-anak sungai akan sampai ke muara.

Kau tahu? Malam tidak benar-benar buta. Sunyi-sunyi merapat di kolong ranjang kita. Dan kau akan mengumpati bayangmu sendiri. Yang lindap dan sesat. Sampai gigil lebih terpahami saat kau sendiri. Dan aku memang lebih memilih serupa batu. Karna darah memang darah. Karna tanah memang tanah. Karna kalah memang kalah. Sederhana,,,

Oh,.. akulah kekal batu menjejal di aorta dan nadimu. Berdegup dan menepi di sudut. Memilih tak bermuara biar deras-deras arus lumat-melumat nama-nama. Mengendap terlampau purba dan waktu hanya membuat kita sia-sia. Aku kikis, kikis menipis. Kau sampai, sampai tiada.
Pulang atau pergi sederhana.

Eloprogo, 19/07/09 01:25

22 Juli 2009

Sketsa Sungai


Sebentang jejak-jejak bebunga, sepagi ini tepi jalan adalah waktu yang rimbun, daun-daun berserak, bunga-bunga tergeletak, terinjak-injak. Orang-orang berkisah tentang kegilaan mereka.
Potongan daun-daun telinga yang di tabur sepanjang jalan tadi sempat ku pungut satu dan ku simpan di saku.
Sampai di ujung aku memilih membuang muka, pada sungai. “aku masih sempat melihatmu tersenyum”, tapi telah ku larutkan segalanya di sini. Sketsa sungai dengan dua arus bertempur. Para leluhur melempar tubuhnya, memilih hanyut. Kita seperti mereka. Tersesat dan harus meratap.
Sepotong telinga yang tadi ku pungut, ku buang dan ku biarkan hanyut. Sungai akan mengantarmu pada muara yang tepat.

Eloprogo, 17/07/09

15 Juli 2009

Seikat Janji, Darah dan Sesloki Arak

Telah ku baca nama Tuhan di tubuh badik
Lewat percakapan yang diam
dan tangis yang kita rapal

Darah memang lebih berarti
dari sekedar percakapan basi

Maka cukuplah kita ikat selembar janji
Lewat sesloki arak
dan atas nama Tuhan yang maha bijak

Sunyi yang kita ratap di mata badik
Lebih lindap dari segala sorak


Semarang, 20/06/09. 00:15