Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

8 Januari 2016

di sebuah padang yang kita namai surga


tuhan yang manakah, Nun?
sedang mezbah itu sepi belaka
dan kelembak juga asap-asap dupa,
cuma merayapi sungai-sungai susu, batang ranting pohonan,
dan belukar-belukar yang sulur-sulurnya menggait leher-leher
malaikat tanpa sayap dan iblis
tanpa mata juga kita
yang telanjang
tanpa
rahasia

Musa memukul-mukulkan tongkatnya ke batu karang
lalu, laut pecah, dan ikan-ikan
terbanting ke tanah

"dari biji-biji pasir, kau lihatkah, bagaimana sapi berkulit emas itu lahir?
dan kita, menungganginya dengan begitu bahagia?"

selepas menetak kepala berhala,
orang-orang berlarian ke seberang sana,
di tepian itu, Nun; tanah dan dermaga-dermaga terbakar
di langitpun, tak ada yang berlayar
cuma cahaya
cuma cahaya

"kau lihatkah, bagaimana Ibrahim mengejar orang-orang itu lantas mengalungkan sebilah kapak ke leher mereka?"

Parasurama, di sebuah kota tanpa sentana
menghantam-hantamkan kapak ke dadanya sendiri
dan Durga, mengibas-ngibaskan loncengnya
ke dada kita

dingin macam apakah ini, Nun?
yang merayap di telapak kaki
sedang, telah kita nyalakan belencong dan tiang-tiang lampu di ujung jemari

di bukit Sinai, mereka-mereka yang telah pergi
akan lahir kembali sebagai biji-biji gandum

dan di sini, akankah kita potong roti ini
dan kita mulai perjamuan
bersama kawanan burung-burung nazar
yang lapar?



Semarang, Agustus 2014


*ilustrasi lukisan karya Koeboe Sarawan