pada jalan, lengang kita tak terpautkan
deru-deru dari nasib waktu
melumat kita,
menjadi serupa debu
bulan menepi di kaca-kaca matamu
aku mendo'a untuk sempat memotongnya
menjadi sabit
yang menetak tubuhku satu persatu
aku menghitung bilangan ganjil
dan mereka-reka kembali ingatan
pada gaib
yang menyekutukan kita
dan melarikan sunyi di kantong-kantong mata
sesekali aku melihatmu di sisi jendela
kau masih berdiri tanpa menoleh sedikitpun
menjabat angin yg resah menyibak daun
dan meruntuhkannya saat hari makin matang
menghitung satu-satu yang gugur
"adakah namaku di tubuh daun?"
Solo, 21/09/09
Pantai Mutun
5 tahun yang lalu
6 komentar:
Pakai apa aku bisa menghubungimu..
pakai apapun yang kau inginkan mas,,,
jika kau ingin mengunjungiku di rumah ini atau beranda, aku akan datang selama aku mendengarnya. jika kamu membutuhkan angka2 di tuts itu akan ku kirim lewat pesan. bagaimana?
wah,..ice blog+nive puisi.
ak ngikut ahh,..
salam kenal dan ditunggu kunjungn baliknya Om!
makasih mas infonya dan salam sukses
mantap gan infonya dan sangat menarik
terimakasih bos infonya dan semoga bermanfaat
Posting Komentar