Soliloqui I
aku ingin pulang,
kembali merapat di antara lipatan musim
di lipatan tubuhmu
aku ingin tak kembali,
menekuri ranjang ini
tanpa kau,
tanpa sepi yang memaksa kita untuk telanjang
dan sabit yang tergantung di langit jauh itu
lesap
menetak kau aku
dan berpuing-puing tubuh kita meruntuh
sampai yang terkucur dari nganga itu
tak tuntas menderas
sebagian menjadi peta sungai yang beranak pinak
dan tak bermuara
sebagian menjelma hujan yang tak putus-putus
berjatuhan
Semarang, 06 Januari 2011
Soliloqui II
setelah ini, biarlah tik-tak jarum jam itu
turut memutar tubuh kita
pada lengang cuaca
juga sepi yang mengail percakapan-percakapan di beranda
dan aku-kau berlesatan dalam hujan
dalam runcing logam yang menawarkan gigil
atau kenangan
setelah ini, kita tak akan sepenuhnya mengerti
apa benar ada jalan kembali
jika kompas yang patah jarumnya
tak lagi menunjuk apa-apa dari peta
selain kursi meja berdebu
dan ranjang kita yang membatu
setelah ini, tak usah kembali
dan kau tak perlu menangis lagi
Semarang, 10 Januari 2011
Soliloqui III
ada yang mengaduh dari lengkung bibir matamu
lalu hujan menetes di kening subuh
menggambar lajur peta sungai
berkelok dan menghujam sampai
muara terjauh
lubang tak berdasar
di pulung hatiku
ada yang nyilu
saat kepak subuh melipat tubuhmu
lalu bau hujan
menjadi terlampau asing
dan di luaran, kita dengar kertap angin berpusing
ada yang diterbangkan
dari serpihan tubuhku
yang tak pernah sampai
dan menemu
kau
Semarang, 11 Januari 2011
Soliloqui IV
aku sadar, kita telah jauh tersesat dari labirin malam yang kosong, yang merujuk kita untuk terus menerus berbohong. dari runcing jarum jam dinding, harapan semacam apa lagi terus berkelebat?
derit ranjang, yah barangkali hanya itulah satu kesempatan untuk kita bersepakat. selebihnya, kubiarkan kau menjelma bebayang. aku mengeras, lantas melumer dengan kepala terbakar serupa lilin di atas altar. berpendaran, dan terus menjelmakanmu serupa malam. serupa kenangan yang kosong.
semarang, 12 Juni 2011
Soliloqui V
lalu, saat kau kembali mereka-reka
siapa kau dulu
sebelum tanggal tubuh-tubuhmu
sebelum rahim menampung
dan mengenalkanmu bau amis
mungkin kau batu
atau sepi yang menggantung di langit itu
tempias di atap-atap
sebagai gerimis
Semarang, 01 September 2011
soliloqui VI
botol-botol jackdaniel...
lagunya ipang...
malam yang pecah...
sajak-sajak kehilangan...
sajak-sajak pertemuan tak terbilang...
kau, yang menenun ingatan...
langit retak...
bulan kesumba...
purnama di dadamu...
keranda di kamarku...
*ilustrasi Anton Semenov, hasil nyuri di albumnya kang @day milovich.
biar kyknya gak pas gak papa. tp suka. hahaha...
aku ingin pulang,
kembali merapat di antara lipatan musim
di lipatan tubuhmu
aku ingin tak kembali,
menekuri ranjang ini
tanpa kau,
tanpa sepi yang memaksa kita untuk telanjang
dan sabit yang tergantung di langit jauh itu
lesap
menetak kau aku
dan berpuing-puing tubuh kita meruntuh
sampai yang terkucur dari nganga itu
tak tuntas menderas
sebagian menjadi peta sungai yang beranak pinak
dan tak bermuara
sebagian menjelma hujan yang tak putus-putus
berjatuhan
Semarang, 06 Januari 2011
Soliloqui II
setelah ini, biarlah tik-tak jarum jam itu
turut memutar tubuh kita
pada lengang cuaca
juga sepi yang mengail percakapan-percakapan di beranda
dan aku-kau berlesatan dalam hujan
dalam runcing logam yang menawarkan gigil
atau kenangan
setelah ini, kita tak akan sepenuhnya mengerti
apa benar ada jalan kembali
jika kompas yang patah jarumnya
tak lagi menunjuk apa-apa dari peta
selain kursi meja berdebu
dan ranjang kita yang membatu
setelah ini, tak usah kembali
dan kau tak perlu menangis lagi
Semarang, 10 Januari 2011
Soliloqui III
ada yang mengaduh dari lengkung bibir matamu
lalu hujan menetes di kening subuh
menggambar lajur peta sungai
berkelok dan menghujam sampai
muara terjauh
lubang tak berdasar
di pulung hatiku
ada yang nyilu
saat kepak subuh melipat tubuhmu
lalu bau hujan
menjadi terlampau asing
dan di luaran, kita dengar kertap angin berpusing
ada yang diterbangkan
dari serpihan tubuhku
yang tak pernah sampai
dan menemu
kau
Semarang, 11 Januari 2011
Soliloqui IV
aku sadar, kita telah jauh tersesat dari labirin malam yang kosong, yang merujuk kita untuk terus menerus berbohong. dari runcing jarum jam dinding, harapan semacam apa lagi terus berkelebat?
derit ranjang, yah barangkali hanya itulah satu kesempatan untuk kita bersepakat. selebihnya, kubiarkan kau menjelma bebayang. aku mengeras, lantas melumer dengan kepala terbakar serupa lilin di atas altar. berpendaran, dan terus menjelmakanmu serupa malam. serupa kenangan yang kosong.
semarang, 12 Juni 2011
Soliloqui V
lalu, saat kau kembali mereka-reka
siapa kau dulu
sebelum tanggal tubuh-tubuhmu
sebelum rahim menampung
dan mengenalkanmu bau amis
mungkin kau batu
atau sepi yang menggantung di langit itu
tempias di atap-atap
sebagai gerimis
Semarang, 01 September 2011
soliloqui VI
botol-botol jackdaniel...
lagunya ipang...
malam yang pecah...
sajak-sajak kehilangan...
sajak-sajak pertemuan tak terbilang...
kau, yang menenun ingatan...
langit retak...
bulan kesumba...
purnama di dadamu...
keranda di kamarku...
*ilustrasi Anton Semenov, hasil nyuri di albumnya kang @day milovich.
biar kyknya gak pas gak papa. tp suka. hahaha...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar