kolaborasi sajak Rhiry Nandarahayu dan Galih Pandu Adi
Doa di Putik Kamboja
Laut Kepada Kekasih
lihatlah wajahmu,
bertirakat begitu sendu
aku tak mau
kau tak usah banyak menduga
tak usah banyak mengira
aku memang rindu pada bantal dan seprei bau tubuhmu
tapi tak ada peta yang menuju jalan itu
yang ada hanya sedu dalam tafakur
sedu pada jarak kita yang tak pernah terukur
jiwaku merenggas, diremas
di kipas angin
kelana
merangkak agar kita kita jadi senyawa
kakiku telah berlari menziarahi hatimu
jauh sebelum langit berubah raga menjadi abu
guguran tangismu adalah hujan di sepanjang jalanku yang gersang
yang bimbang
iringi saja aku dengan doamu yang penuh kasih
ketahuilah, setiap cinta yang mati akan tumbuh kembali
bersama kekuatan doa yang kita miliki
membawaku pulang
mengetuk pintumu yang biru-keunguan
dan di balik pintu itulah aku selalu berharap
kau tersenyum menungguku
Sayang, maaf aku akan pulang terlambat
aku tersesat
*Rhiry Nandarahayu
Kekasih Kepada Laut
malam ini, aku tak bercinta
tak bercerita
aku menunggu saja
kau pulang mengetuk pintu
atau memecahkan jendela kamarku
aku mengerti, kau kembara
serupa aku
tetirah di malam-malam yang purba
di wajah waktu
tubuhku
membatu
tapi, kau tanam purnama
yang begitu cahaya
di jantungku
kita memang telah lampau bercinta
jauh sebelum kau mengenalku
mungkin juga dengan tak sekedar pura-pura bahagia
kau tersesat,
tersesatlah di jalan yang benar
ingatlah aku,
kenanglah langit sepi dengan dermaga di ujungnya
yang melayarkan tubuh kita
pulanglah,
pulanglah segera, sayang
aku keram dan pecah di muka pintu
mungkin kau tak kembali
tapi, tak ada yang terlambat
kedatangan dan kehilangan tak pernah terlambat bukan?
*Galih Pandu Adi
Bandung-Yogyakarta, 28 Agustus 2011
*sket by day milovich
Tidak ada komentar:
Posting Komentar