Hujan terakhir bulan ini
aku masih saja terlambat
sedang cangkir-cangkir mengabut
kita menenggak sepi yang kalut
“Maaf, aku menunggu langit yang ribut seharian”
maka sisihkanlah gerimis
yang kerap membuatku lumer
dan tergenang di sudut matamu
kau lihat gerak arloji?
seperti memutar tubuhku kembali
menyusuri gang sepi di pergelangan tanganmu
“Ini jam berapa?” tanyaku
“Masih seperti dulu
dan kau masih terlambat
mengetuk pintu” jawabmu
hujan telah reda
tak ada yang tersisa
Hujan terakhir bulan ini
aku benar-benar terlambat
sedang tak ada yang berubah dari langit
aku justru tersesat
di kerut usang tudung keranda
yang menyimpan bau tubuhmu
apak dan purba
hujan ini isyarat sepi
pintu rumahmu berderit
tak terkunci
Semarang, 31 Maret 2010
Pantai Mutun
5 tahun yang lalu
10 komentar:
hujan, aku datang
mau kopi apa teh mas? silahkan duduk sambil liat hujan.. hehe...
ikutan donk mas, tapi kau maunya kopi mas heheheh
redthundie.blogspot.com
boleh aja mas fauzan. sini tho ke semarang. hahaha... aku teh jg mau kok. apalah sembarang. kl ada kopi ya beneran mas..
gimana kalongopinya di stasiun gambir aja....hehehhe
puisi ini indah sekali
dah blogmu juga... hiks.
terima kasih zu. eh knp nangis..?
untaian kata yang indah dan ikhlas. salam kenal dari sahabat jauhmu.
terima kasih bgt sudah mampir mas roxy.. jabat erat dan salam hangat dari kampung kamboja ini..
jangan dulu gelisah itu kau cabut dari gerak lisan dan hatimu , sebab aku juga ingin bersamamu menikmati sisa hujan disini,..
Posting Komentar