Ibrahim
seperti dulu
kau cecap api
dari sebilah kapak
yang tak tuntas
menebas
leher-leher berhala
dan kau kalungkan di nasib anakmu juga
cepatlah tebas
dan langit yang menampung air matamu
sempat mengajari anak itu
mengeja nama Tuhanmu
hingga nasibmu tak seperti nasib bapakmu
dan mata air mengucur lewat kakinya
itulah air mataku yang tak kunjung tahu
bagaimana merapal doa
sedang denyut waktu makin membuat kita alpha
dan kapakmu itu kelak mampir juga di urat-urat leherku
adakah waktu yang sama-sama kita kuliti?
sampai benar-benar habis aku
di riak-riak ayat terakhir yang kau baca
Semarang, 28/11/09
Pantai Mutun
5 tahun yang lalu
2 komentar:
smoga kapak itu tak sampai mendekat lehermu, sobat
puisinya keren...
puisi yang cantik
:)
salam kenal ya
Posting Komentar