Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

24 Juli 2009

Sketsa Batu Sungai


Aku tahu kau akan menangis. Aku tahu kau akan menepis. Inilah jejak batu yang mengendap di sungai. Arus-arus melumat tapi kekal jejakku selalu tertanam. Ah, pasanglah matamu di tempatnya, hingga kau benar-benar terjaga. Tapi berhentilah mencurigai, karna picing-picing mata hanya mengarah serapah, karna ratap anak-anak sungai akan sampai ke muara.

Kau tahu? Malam tidak benar-benar buta. Sunyi-sunyi merapat di kolong ranjang kita. Dan kau akan mengumpati bayangmu sendiri. Yang lindap dan sesat. Sampai gigil lebih terpahami saat kau sendiri. Dan aku memang lebih memilih serupa batu. Karna darah memang darah. Karna tanah memang tanah. Karna kalah memang kalah. Sederhana,,,

Oh,.. akulah kekal batu menjejal di aorta dan nadimu. Berdegup dan menepi di sudut. Memilih tak bermuara biar deras-deras arus lumat-melumat nama-nama. Mengendap terlampau purba dan waktu hanya membuat kita sia-sia. Aku kikis, kikis menipis. Kau sampai, sampai tiada.
Pulang atau pergi sederhana.

Eloprogo, 19/07/09 01:25

Tidak ada komentar: