Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

4 Januari 2010

hikayat kitab air mata



1
Dari kalimat yang tak mampu kita tepis
inilah mula segala jejak
sejak kisah-kisah tak habis kau baca
sejarah atas namamu tertulis juga
dan sunyi yang merayap di dada
bergetar dan patah di halaman pertama

“entah sampai bilangan ke berapa kita sama-sama tanggal?”
sedang kalimat ganjil itu
telah merubah kita menjadi huruf yang janggal

2
Di lembar berikutnya hanya ada duka
mengental di sudut waktu
juga di kerut-kerut wajahmu
betapa dunia terlampau tamak
melempar kita pada ranah tandus tanpa hujan
kecuali riwis air mata orang-orang kehilangan
di kota penuh kutuk dengan langit merah
sewarna darah
orang-orang di bawah selalu memintal gelisah
tentang leher siapa lagi yang harus merapat di mata pedang
demi sepotong roti yang bisa di makan,
angin-angin padang
mengeringkan tubuh orang-orang gagal,

kitalah yang sama-sama gagal
menyusun hidup
di runcing logam

di batas kota itu
tulang belulang kita
tak sempat di tanam

3
Lembar ini hanya ada kosong
entah kenapa tak ada apa-apa
selain sebidang air mata
dan lewat tubuhku yang pena
kau lukis sketsa bulan perak pasi
rumah kita dulu
menggenapi rindu dan sunyi
lalu kau memilih tenggelam
menjadi ikan
tak lelah menatap pendar cahaya
dan air matamu kembali
memenuhi halaman ini

4
Huruf-huruf pulang dari kembara
tapi tembang-tembangnya
tak putus-putus bermuara di dada

5
Pada akhirnya sepi juga yang berkuasa
ayat-ayat tak tuntas kubaca
hanya namamu yang bergetar
dan almanak-almanak kembali tanggal
sebelum menutup kitab itu
bilangan-bilangan ganjil ini
hanya Kau yang menggenapinya

Semarang, 14 Desember 2009

3 komentar:

Lina mengatakan...

belajar menyusun kata dari sini,
sebuah hikayat yang indah meski berkisah tentag air mata

etika mengatakan...

hummmmm,,,
cow yg puitis banged,,,,,
rangkaian kata yang indah

Unknown mengatakan...

lina&etika: makasih ya lina dan etika. salam sehangat salam dari ranah saya menulis. ^^