Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

26 November 2008

Dan daun-daun pun jatuh...

; Nien Nurullita, Gema Yudha, Adin Khoiruddin, Khumaida

“Dan angin akan tetap berhembus dengan sejuta bisik gaibnya, hingga tak ada seorangpun yang mampu mengenalnya… (entahlah)”.(Nien Nurullita)
Hingga pada waktu, batu-batu mencium bisu. Jatuh di punggung tanah, angin tak pernah pulang ke rumah…

Dan daun-daun pun jatuh…
“Dan daun-daun pun jatuh, meranggas tak kenal musim. Tapi tak ada gelisah. Mungkin pasrah…” (Gema Yudha)
Lelap pada tanah. Musim di atasnya pancaroba yang lelah. Rumah di bawahnya mengeja istirah…

Dan daun-daun pun jatuh…
“Ada kata yang belum terungkap hingga pada akhirnya aku menyerah.”(Khumaida)
Kita kalah. Terlampau lelah. Di punggung tanah dekaplah istirah.
"Jarakmu dan jarakku saat ini tak seberapa jauh dengan cara aku mengenalmu. Kau pasti sedang menilaiku mengingkari namaku sendiri dengan mengatakan bahwa sampai saat ini aku masih suka mengingatmu”.(Khumaida)
Jarak itu adalah sedekat urat leher, sejauh malam di kaca jendela. Pada akhirnya sepi yang berkuasa. Dan kita berbelok pada gang yang berbeda. Ia pasti mengira aku memintal kutuk itu. Ia bahkan tak tahu. Tak tahu gaib me’reka apa.
Menjelma siapa

Dan daun-daun pun jatuh…
“Segala mengabur, bayanganmu bayanganku. Sementara dahan tempat bertahan sudah tidak dipercaya kuatnya. Batang-batang pun kelak tumbang bukan?(Adin Khoiruddin)
Maka pada tanah kita jatuh. Usai dan….

“Itulah kehidupan.”(Nien Nurullita)

*Puisi ini lahir atas bantuan teman-teman saya diatas. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih untuk mereka…

Tidak ada komentar: