Sesaat mata waktu mengerdip dan nafas kita tak berhenti sejenak melafadzkan kerinduan sampai akhir khatam hujan kurun deras menghempas pecah di kornea dan mata seperti matahari bercincin pelangi kemarau tak henti meranggas di wajah kering kusut dan ilalang perlahan tanggal seiring detak di bilik kabut
Senja berwana violet merayap juga di bibirMu lalu ayat-ayat yang terucap dan aku tak bosan memungut doa saat ku nemu jejakMu seperti percik darahku yang merayap di kaca
Semarang, 30/09/07
*Puisi ini masuk dalam antologi penyair 7 kota antologi puisi komunitas Hysteria Semarang berjudul "Mencari Rumah"
1 komentar:
wah, masih ada sisanya gak antologi tersebut..bang..? Bagaimana kalau kita barter?
-salam kenal-
Posting Komentar