soliloqui X
begitulah bisikmu di sebuah petang;
"pertemuan itu cuma sekali saja kan sayang?"
selebihnya
kita cuman mengulang kenakalan demi kenakalan, percakapan demi
percakapan, kebosanan demi kebosanan, tatapan demi tatapan, kehilangan
demi kehilangan.
tetapi, batin kita terlanjur nakal bukan?
karena
itu kita memang patut di pagut sepi. jalan-jalan yang senyap,
halte-halte juga pengap. sepasang sepatu yang selalu menagih kota-kota
baru. sedang kita, memang tak pintar merawat rindu
Semarang, 19/11/2012
seusai pesta pernikahan
dari dinginnya cincin dan rindumu, sayang
cangkir-cangkir melupakan dirinya
dari sisa percakapan kita di beranda
daun teh yang tentram mengendap di matamu
sekian tahun,
sekian rindu,
sekian kehilanganmu
cangkir dan malam melupakan dirinya
Semarang, 14/11/2012
semacam requiem
cangkir-cangkir melupakan dirinya
dari sisa percakapan kita di beranda
daun teh yang tentram mengendap di matamu
sekian tahun,
sekian rindu,
sekian kehilanganmu
cangkir dan malam melupakan dirinya
Semarang, 14/11/2012
semacam requiem
Nun, setelah maghribnya yang surup, langit seakan tak putus-putus beringsut
dari matanya, musim telah menamakan diri sebagai pancaroba
dari lubuk bernama kenangan di dadanya,
ada bau kenanga serta jaring-jaring entah maut entah apa
yang terentang jauh
dan tak luput-luput menjangkaunya
Semarang, 13/11/2012
pada sebuah langit
pada sebuah langit
di langit tak ada dermaga, tak ada perahu terkayuh atau tiang-tiang menara.
tapi burung-burung tetap berlayar
menjangkau-jangkau cahaya
menyelam dan karam
di sana, nama-nama terbakar
kenangan-kenangan gagal mencari pelabuhan
Lasem, 24/08/2012
di sebuah pagi yang sepi, seorang wanita mengenalkan diri
di sebuah pagi yang sepi, seorang wanita mengenalkan diri
Dari
sepi pagimu, Bisma. Siup udara dalam lengkungnya busur para Bathara.
Jantung siapakah yang melewati denyutmu. Dalam tatapnya; kenapa mesti
tanganmu panah itu menembus dadanya?
Sebelum maut, ia kenalkan namanya;
Sebelum maut, ia kenalkan namanya;
"namaku Amba. Siapa nama kekasihmu, Bisma?"
Pada
sebuah pagi yang sepi, entah kapan, Bisma. Ia lah yang menyusun
ranjangmu dengan runcingnya yang sepi panah-panah para Bathara. Dan ia
bisikkan nama kekasihmu. Kekasih sejatinya.
Semarang, 16/11/2012
ziarah
ziarah
kepada kota-kota yang denyutnya membisik namamu, Nun.
kafilah-kafilah ziarah dan menuju pulang